Keluarga Yusuf Budiharto bersama dengan istrinya maryam suryani dan
3 orang putrinya datang dan menetap di kota bangkalan dan
tinggal di kompleks rumah kapitan di depan kebon raja. Mereka sekeluarga sudah
menganut agama Katholik, kecuali Bpk. Yusuf yang hanya simpatisan, Namun belum
ada gereja Katholik sebagai tempat ibadah maupun pastor yang menetap di
Bangkalan.
2.
Awal
Tahun 1950
Pertengahan tahun 1950 seorang pastor
keturunan Belanda, Pastor Kramer berkunjung ke rumah keluarga Bpk. Yusuf untuk
mencari kepastian apakah keluarga Yusuf merupakan keluarga Katholik. Minggu
berikutnya Pastor Kramer,o.carm datang lagi untuk mempersembahkan misa, dan
misa pun diadakan di rumah keluaga Yusuf yang merangkap pabrik rokok, dengan
perlengkapan misa sederhana. Sejak saat itu Pastor Kramer yang merupakan pastor
paroki Pamekasan datang setiap bulan untuk memimpin misa. Pada saat itu jumlah
umat yang mengikuti misa tersebut dapat di hitung dengan jari, selain itu juga
ada beberapa orang simpatisan. Walaupun jumlah mereka sedikit tetapi setiap
pelaksanaan kegiatan gerejani berlangsung dengan semarak karena eratnya
hubungan kekeluargaan di antara umat.
3.
Tahun 1951-
1952
Selama lebih kurang satu tahun mengadakan misa di bangkalan, Pastor
Kramer meningkatkan pelayanan misa dari sebulan sekali menjadi dua minggu
sekali, Pada pertengahan tahun 1951, Uskuo Malang, Mgr A.E.Albers,Ocarm
berkunjung ke keluarga Bpk.Yusuf. Bapak Uskup merestui untuk di adakan nya misa
setiap dua minggu sekali yaitu Pastor Kramer. Sedangkan dua minggu sisanya akan
di pimpin oleh pastor dari lawang yaitu pastor Sosrowardaja,O.carm. Tidak lama
kemudian karena Pastor Kramer O.carm di gantikan oleh pastor Arc.
Tedjapratama,O.carm sebagai pastor paroki Pamekasan yang baru, maka misa di
Bangkalan di layani oleh pastor Tedjapratama dan pastor Sosrowardaja,O.carm.
Dengan adanya misa kudus setiap minggu di Bangkalan, Maka jumlah
umat katholik di bangkalan makin bertambah, Umat tidak hanya dari bangkalan
saja, tetapi juga berdatangan dari sepulu, Banyuates dan Batuporon. Sejak saat
itu mulai di pikirkan untuk membangun Gedung Gereja katholik di bangkalan.
Usaha untuk mengumpulkan dana pun dimulai, Dan pada tahun 1952 mulailah di
pikirkan pula untuk mendirikan sekolah katholik.
4.
Tahun
1951- 1952
Hasil pengumpulan dana tahun 1951- 1952 ternyata membuahkan hasil,
yang dengan berhasil di belinya sebuah rumah bekas pasbrik tenun di jalan
sak-sak. Melihat keadaan gedung yang tidak cocok untuk dijadikan sebuah gereja,
maka di dalam gedung itu dibuat dua ruang kelas satu kelas untuk Taman kanak-kanak dan satu
kelas untuk SD.
Sekitar bulan juli 1953 di buka Sekolah Dasar Fatima, Sedangkan
kegiatan pengumpulan dana untuk pendirian Gedung Gereja terus berlangsung
sambil memperbaiki gedung tersebut untuk ruang sekolah. Maka pada tanggal 29
Juli 1953 diresmikan berdirinya Paroki dan Gerejanya di jalan sak-sak yang saat
itu bernama jalan Letnan Maestu. Sejak saat itu umat katholik di paroki bangkalan semakin bertambah.
Kegiatan gereja pada waktu itu lebih banyak terpusat pada pendidikan sekolah.
Selain TK dan SD, Umat juga berhasil mendirikan SMP dan SMAK pada tahun 1961.
Semula SMAK bertempat di kompleks gedung mulia milik Bpk. Ong Ban Hoo. Di tempat ini pula para guru tinggal.
5.
Tahun-tahun
berikutnya.
Kelangsungan sekolah ini tidak lepas dari
semangat dan bantuan beberapa sponsor Bpk.Kho Tjwan Ing,Bpk. Lo Tjie Tjhing,
Bpk The Tjhing Yang dan Bpk. Nyoo Tiang Tjie. Berkat ke empat orang inilah
meraka membeli sebidang tanah seluas satu hektar milik Bpk. Tan siek Tjie di
kranan dan kemudian dilanjutkan pembangunan gedung sekolahnya.
Dalam perkembangan selanjutnya SMAK
ditutup, bukan saja karena masalah financial tetapi juga karena peraturan
pemerintah yang mengharuskan adanya siswa pribumi sekian persen. Pada saat itu
hingga sekarang, sekolah katholik sungguh menghadirkan gereja di masyarakat, sehingga
eksistensi Gereja Katholik diakui dan dihargai oleh masyarakat melalui sekolah
katholik.
6.
Pembangunan
Gereja
Pernah suatu waktu gereja dan tempat
tinggal pastor boleh dikatakan menjadi satu. Pastoran mengalami pembangunan
pertama waktu Romo Ath.Soebonokamdi,Pr. Menjabat sebagai pastor paroki
bangkalan. Kemudian pernah suatu waktu diadakan pembangunan dan rumah pastor
dipindah dekat sungai. Dan pada pembangunan berikutnya dipindah ke sebelah
timur gereja dan sampai saat ini berada disana.
Tambah tahun jumlah umat katholik di
Bangkalan semakin bertambah sementara itu gedung gereja tidak bertambah luas.
Terlebih pada hari-hari Raya Natal dan Paskah harus di pasang tenda di halaman
Gereja. Umat semakin merasakan kebutuhan Gedung gereja yang lebih luas. Lalu
timbullah keinginan di antara umat untuk mendirikan gereja yang lebih luas
sehingga umat dapat dengan lebih khidmat melaksanakan ibadahnya di gereja. Umat
sudah lama merindukan gereja yang lebih layak, sebab selama ini seperti sebuah
gudang saja. Keinginan itu bertambah kuat, Lalu terbentuklah panitia
Pembangunan Gereja pada tanggal 30 Juli 1993. Pengurusnya telah dua kali
mengalami perubahan karena masa kerjanya yang telah habis. Untuk mendukung
pengumpulan dana pembangunan gereja , diadakanlah kegiatan Arisan Gotong Royong
diantara umat.
Setelah beberapa tahun dana sudah mulai terkumpul dan siap untuk
memulai pembangunan gereja. Tetapi
karena situasi politik dan keamanan yang tidak memungkinkan, maka pelaksanaan
pembangunan ditunda. Sementara itu setiap Perayaan Ekaristi setiap hari sabtu
dan minggu, Umat selalu berdoa untuk pembangunan Gereja mereka.
Setelah situasi di masyarakat memungkinkan
, mereka pun berani memulai pembangunan dengan terlebih dulu menyerahkan
kedudukan ketua panitia pembangunan gereja dari Bpk. FX. Janto I Kusumah yang
meninggal dunia kepada Bpk. Vincentius Hartono.
Pelaksanaan pembangunan gereja di mulai
dengan peletakan batu pertama oleh Bpk. Uskup Malang, Mgr. H.J.S
Pandoyoputro.O.carm pada tanggak 17 maret 2002. Sejak itu umat semakin
bersemangat dan sumbangan dari umat mulai mengalir baik dari umat yang berada
di Bangkalan maupun umat yang telah pindah kota, selain itu juga ada banyak
orang yang bukan umat Paroki Bangkalan ikut menjadi donatur untuk membantu pembangunan
ini. Ada yang menyumbang salib, patung, mozaik jalan salib, altar dan mimbar
dll. Yang mengesankan selama pembangunan menjelang Natal 2002 atap gedung yang
baru sudah di tertutup dengan genteng, namun tembok baru sebagian dan misa
Natal pun berlangsung di gedung gereja yang masih di bangun itu. Begitu juga
untuk misa Paskah tahun 2003 dan Natal 2003 dan Paskah 2004 betempat di gedung
gereja yang masih dalam proses pembangunan.
Puji Tuhan, pembangunan berjalan lancar,
untuk itu kami tidak lupa berterimakasih kepada masyarakat sekitar gereja yang
mendukung pembangunan gereja kami. Ini merupakan suatu tanda adanya kebersamaan
dan persaudaraan yang baik antara gereja dengan masyarakat sekitar.
Dan akhirnya hari
yang dinanti-nantikan tiba, yaitu Peresmian dan Pemberkatan Gedung Gereja pada
tanggal 29 Agustus 2004. Semoga dengan adanya Gedung Gereja baru yang megah dan
indah, tumbuh pula semangat, iman dan kasih dalam diri umat paroki “ MARIA
FATIMA” Bangkalan dalam membangun persaudaraan, bukan hanya di antara sesama umat
Katholik, tetapi juga persaudaraan lintas agama di Bangkalan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar